Banyak Jalan Menjadi Sancaka

Oleh: Syamsul Anwar, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Memasuki kuartal empat tahun 2019, dunia hiburan kita tengah dihebohkan dengan dengan sebuah film karya sineas kenamaan Indonesia Joko Anwar yang mengangkat karakter jagoan komik Indonesia ke dalam filmnya.
Animo masyarakat terhadap jagoan yang dibawa Joko ini sangat positif lantaran karyanya menawarkan kita alternatif baru film dengan tema pahlawan yang dekat dengan kita. Selain itu, film ini juga menunjukan bahwa Indonesia mampu menciptakan film dengan genre kepahlawanan dengan cerita dan kualitas yang mampu bersaing di kancah internasional.
Terbukti, film yang mengusung slogan “Negeri Ini Butuh Patriot” ini mampu bersanding layar dengan film-film papan atas dunia macam film Joker yang diperankan Joaquin Phoenix di dalam Toronto International Film Festival. Lalu siapa karakter yang dimaksud ini? Karakter jagoan ini adalah Gundala, seorang pahlawan dengan nama asli Sancaka yang lahir di tengah masyarakat Indonesia pada tahun 60-an dari tangan komikus senior Hasmi.
Karakter Gundala yang kuat ini ditampilkan menjadi sosok patriot yang akan membasmi kejahatan dan ketidakadilan di dunia. Namun, Gundala tidak serta merta menjadi seorang pahlawan dengan rasa keadilan dan jiwa patriot yang tinggi. Sancaka harus dihadapkan dengan dilema apakah ia akan tetap tidak acuh atas semua ketidakadilan dan masalah yang ada di sekitarnya atau ia bergerak dan melawan ketidakadilan itu.
Hingga sampai pada suatu titik, Sancaka yang mulai jengah dengan kondisi di sekitarnya. Sancaka mulai berhenti mengabaikan masalah di sekitarnya dan bangkit menjadi sesosok pahlawan, seorang patriot yang negeri ini butuhkan. Lalu, untuk bisa menjadi seorang pahlawan yang dibutuhkan negeri ini apakah kita harus menjadi seorang manusia dengan kekuatan super layaknya Gundala dengan kekuatan petirnya? Apakah kita harus berkelahi melawan pejahat untuk menjadi seorang patriot yang dibutuhkan negeri ini? Jawabannya tentu tidak.
Sebagaimana slogan yang diusung Joko dalam filmnya, Indonesia memang membutuhkan sosok patriot yang turut berjuang untuk Indonesia. Berbagai jalan bisa kita tempuh untuk menjadi patriot yang berjuang demi bangsa dan negara. Semua orang juga bisa menjadi seorang patriot yang berkontribusi untuk negara melalui berbagai macam bidang yang digelutinya.
Guru misalnya, bisa menjadi patriot dengan mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati untuk mendidik murid-murid hingga kelak menjadi pilar yang mampu menopang Indonesia. Dokter dengan dedikasinya menyelamatkan ribuan nyawa rakyat Indonesia juga merupakan patriot yang negeri ini butuhkan. Selain itu, masih banyak jalan yang bisa kita ambil untuk menjadi seorang patriot bangsa.
Dari semua jalan yang bisa kita lalui untuk menjadi patriot, ada sebuah jalan yang sangat vital peranannya bagi keberlangsungan Indonesia, namun kurang begitu populer di mata masyarakat kita. Jalan tersebut adalah dengan menjadi warga negara yang taat pajak. Mengapa warga negara yang taat pajak bisa kita anggap sebagai seorang patriot bangsa?
Seperti kita ketahui bersama, untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai sebuah negara yang melindungi dan mensejahterakan rakyatnya, Indonesia memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dari semua biaya yang diperlukan itu, lebih dari 80% biayanya bersumber dari penerimaan pajak. Jika dinominalkan, pajak menanggung setidaknya sekitar Rp1.700 triliun dari total Rp2.165,1 triliun. Sah jika kita katakan pajak saat ini telah menjelma menjadi tulang punggung pembiayaan negara. Dengan melihat tingginya nilai yang disumbangkan pajak untuk pembangunan Indonesia, kita harus berterimakasih kepada para patriot bangsa yang telah rela menyisihkan penghasilannya untuk membayar pajak.
Bayangkan apa yang terjadi jika jumlah yang dibebankan kepada Direktorat jenderal Pajak (DJP)—sebagai instansi yang diberi amanah untuk mengumpulkan uang pajak—tidak mampu terpenuhi. Tentu negara akan mengalami kerugian yang sangat besar lantaran tidak bisa mendapatkan nominal yang harus digunakan untuk membiayai pembangunan di semua lini. Laju pembangunan akan terhambat. Sebagai dampak jika pajak tidak mampu mencapai jumlah yang ditargetkan, Indonesia harus mencari sumber pembiayaan lainnya mulai dari utang, menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN), dan lainnya. Maka dari itu, pajak merupakan instrumen pendapatan negara yang sangat vital bagi Indonesia.
Untuk membangun sebuah negara yang maju dan sejahtera, rakyat harus memiliki pendidikan yang unggul. Tidak mungkin memajukan suatu peradaban jika bangsa yang berada di dalamnya tidak memperhatikan anggaran untuk pendidikannya. Indonesia sendiri telah mengkhususkan 20% dari APBN-nya untuk dana pendidikan.
Hal penting yang harus diperhatikan adalah sumber pendapatan APBN kita sebagian besar ditopang pajak. Hal ini berarti ketika kita menjadi warga negara yang taat bayar dan lapor pajak, kita sudah menjadi patriot yang berjasa salah satunya untuk memajukan pendidikan Indonesia. Dengan majunya pendidikan yang notabene dibiayai dari pajak yang kita bayarkan ini, kita secara tidak langsung sudah turut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas SDM kita. Naiknya kualitas SDM suatu bangsa akan berbanding lurus dengan kemajuan dan kemakmuran bangsa tersebut.
Suatu negara juga harus bisa menjamin kemanan dan stabilitas wilayahnya. Lebih khusus bagi Indonesia, sebuah negara dengan wilayah yang sangat luas, baik wilayah darat maupun wilayah perairannya. Dengan luas dan beragamnya wilayah Indonesia, untuk menjamin stabilitas dan keamanan negara ini tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Pajak sebagai instrumen utama penerimaan negara kembali hadir menjadi jawaban atas semua kebutuhan biaya tersebut.
Setelah melihat betapa besar perananan yang diberikan oleh pajak bagi Indonesia, kita harus mengapresiasi para patriot bangsa yang telah menyumbangkan rupiahnya untuk pembangunan bangsa kita. Negeri ini butuh patriot yang siap turut andil dalam pembangunan bangsanya. Negeri ini butuh patriot yang secara sukarela turut berkontribusi untuk negaranya. Negeri ini butuh patriot yang siap membayar pajak demi melancarkan pembangunan di dalamnya. Mari Bersama menjadi patriot yang negeri ini butuhkan.
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
- 146 views