
Siang itu matahari belum di atas kepala. Kami ditugaskan untuk melakukan survei lapangan dalam rangka aktivasi akun Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Dusun Dalon, Desa Karanganyar, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.
Perkiraan waktu tempuh sesuai aplikasi sekitar satu jam perjalanan. Harapannya pukul 12.00 kami sudah bisa tiba di kantor untuk mengerjakan penugasan yang lain. Namun, perjalanan kali ini terasa berbeda –kendati sebenarnya di wilayah ini kami sudah terbiasa menemui jalanan yang rusak. Hingga ada lelucon dari warga lokal, kalau kamu dari kota lain dan sudah sampai di jalanan rusak, artinya kamu sudah masuk Grobogan.
Grobogan sangat khas dengan jalan terbelah. Maksudnya jalan yang hanya bisa dilalui satu mobil dan cuma dibeton di bagian kanan dan kiri jalan. Sedangkan bagian tengah jalan masih berupa tanah atau bebatuan. Jalan yang sebetulnya hanya diperuntukan bagi kendaraan roda dua.
Survei PKP kali ini awalnya terasa asyik dan menyenangkan karena indahnya pemandangan di kanan dan kiri jalan. Pepohonan hijau dan sawah membentang menyegarkan mata. Namun perjalanan menjadi mulai mendebarkan ketika kami tiba di jalan yang sangat sepi dengan hutan di kanan-kirinya. Kami tidak menemui satu pun perumahan. Beberapa kali saya menanyakan ke rekan. “Ini bener kan? Kita ngga nyasar?” tanya saya mulai panik.
Kami pun berusaha untuk memberi kabar kepada teman di kantor mengenai kondisi perjalanan kami ketika itu. Lucunya, teman kami merespons dengan sangat menghibur sehingga sedikit mengurangi kecemasan kami. 6 Tips dan Cara Bertahan Hidup di Hutan, judul artikel yang dibagikan oleh teman kami. Ada pula yang memberikan artikel berjudul 13 Tanaman Liar yang Bisa Dimakan Saat Tersesat di Hutan. Sungguh perhatian sekali teman-teman kami di kantor.
Semakin mendekati lokasi wajib pajak, ada hal yang membuat kami semakin panik. Sinyal seluler kami hilang. Kami hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan baik-baik saja.
Setibanya di dekat lokasi wajib pajak, kami mencoba mencari tanah yang agak lapang untuk memarkir kendaraan. Lokasi jalan di depan rumah wajib pajak sepertinya hanya bisa dilalui oleh kendaraan kecil. Bukan untung malah buntung. Mobil kami terperosok ke dalam timbunan tanah liat basah. Teman saya berusaha mendorong mobil untuk keluar dari jerat timbunan tanah. Namun nihil. Meski sudah sekuat tenaga dia mencoba, masih tak berhasil. Saya mencoba tenang dan mengajak rekan saya untuk berjalan kaki terlebih dahulu ke rumah wajib pajak.
Sampailah kami di rumah wajib pajak. Rumahnya terbuat dari kayu, tetapi ukurannya sangat lapang. Beberapa kali kami mengetuk pintu, tidak ada yang keluar. Mencoba menghubungi wajib pajak pun tidak bisa karena sinyal ponsel lemah.
Kami mengelilingi rumah tersebut, berkali-kali mengetuk pintu, dan mengucapkan salam. Akhirnya setelah sekitar lima menit kami menunggu, ada sesosok wanita paruh baya yang menyambut kami. Rupanya beliau adalah istri wajib pajak yang akan kami temui. Beliau menyampaikan bahwa suaminya sedang keluar sebentar karena menunggu kami yang tidak kunjung datang. Beliau pun mempersilakan kami untuk masuk dan menunggu di ruang tamu.
Kami pun takjub dengan apa yang kami lihat. Ternyata di dalam rumah kayu itu ada sebuah mobil merk Pajero Sport warna putih yang terparkir di garasi yang menyatu dengan ruang tamu.
Singkat cerita wajib pajak pun tiba. Kami mewawancarai beberapa hal terkait usaha yang dilakukan oleh wajib pajak, prospek usaha ke depan, serta proyek apa yang sedang dilakukan. Dan lagi-lagi saya dibuat tercengang. Wajib pajak tersebut rupanya tengah mengerjakan proyek konstruksi di luar Pulau Jawa dengan nilai kurang lebih Rp4 miliar. Nilai yang cukup besar untuk wajib pajak di wilayah Kabupaten Grobogan.
Asyiknya percakapan sesaat membuat kami lupa dengan mobil kami yang terperosok. Kami pun menyampaikan hal ini kepada wajib pajak dan beliau menyampaikan, “Tenang, Mas. Aman, nanti saya bantu keluarkan.”
Wajib pajak mengucapkan terima kasih kepada kami karena telah datang ke lokasi sehingga dapat segera melakukan aktivasi akun PKP. Wajib pajak menyampaikan bahwa pihak lawan transaksi sudah meminta faktur pajak agar tagihan bisa segera dibayarkan.
Setelah selesai wawancara, wajib pajak membantu mengeluarkan mobil kami yang terperosok hingga akhirnya kami bisa kembali ke kantor dengan selamat. Begitulah sedikit cerita suka duka menjadi petugas pajak. Jalan terjal kami lalui demi tugas negara. Kami menjadi tahu bahwa justru di tempat-tempat terpencil yang tersembunyi menyimpan potensi pajak yang besar. Ibarat seonggok “harta karun” yang tersembunyi di dalam hutan.
Seperti Bapak Calon PKP tersebut. Beliau dengan sukarela mengajukan permohonan PKP tentunya hendak menyetor Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dan tentunya, omzetnya miliaran rupiah. Terima kasih para wajib pajak!
- 21 views