Dua Fokus Kehumasan Daring Ditjen Pajak di 2018

Mon, 12 Feb 2018
Lagi-lagi, akun resmi Twitter Ditjen Pajak jadi buah bibir setelah mengangkat beberapa cuitan bertema "Dilan", tokoh utama film layar lebar yang sedang terpegah saat ini. Cuitan itu telah dicuit ulang lebih dari 1.200 kali, disukai, dan memancing lebih dari ratusan komentar pengguna Twitter. Cuitan-cuitan yang berisi ajakan untuk tidak terlambat lapor SPT Tahunan dan kemudahan pelaporan pajak secara elektronik melalui telepon genggam ini bahkan menghasilkan cuitan-cuitan senada sehingga makin memperluas pesan yang ingin disampaikan.
Ini bukan peristiwa fenomenal pertama dalam linimasa akun Twitter Ditjen Pajak. Sebelumnya, beberapa cuitan yang sempat mencuri perhatian adalah seputar kewajiban perpajakan Fahri, tokoh utama film Ayat-Ayat Cinta 2; cuitan terkait pelaporan harta para pesohor, bahkan isu "pajak haram". Hal yang cukup menggembirakan, akhir-akhir ini bahkan warganet aktif memberikan "bocoran" kepada Ditjen Pajak bilamana mendapati kekayaan baik dari kalangan selebritas maupun tokoh terpandang di sekitarnya yang terindikasi belum dilaporkan.
Ini membuktikan bahwa media sosial mampu membentuk keterikatan yang tinggi antara masyarakat dan institusi pengumpul pundi negara. Dengan pengakses internet di Indonesia lebih dari 132 juta orang yang hampir setengahnya penggila media sosial, medium ini dianggap paling efektif dan efisien dalam menyebarkan informasi dan kebijakan Ditjen Pajak. Dengan strategi kehumasan yang tepat, Ditjen Pajak seakan memiliki wajah baru yang lebih segar, muda, dan bersahabat.
Memang, di era kekinian akun-akun birokrasi dituntut untuk tidak lagi eksklusif, berkarakteristik terbuka, cepat memberikan respons, dan lebih akrab dengan khalayak. Hal ini dilandasi prinsip keterbukaan dan lepas dari kekakuan birokrasi yang selaras dengan visi Nawacita.
Menurut hasil survei kehumasan 2017, media digital dan media sosial termasuk dalam tiga besar media yang digunakan responden untuk memperoleh informasi. Alasannya mudah ditebak: keduanya merupakan kanal yang mudah diakses publik dan minim biaya. Hanya berbekal kuota internet dan gawai cerdas, responden mampu mendapatkan informasi yang dibutuhkan tanpa perlu repot dan kelelahan.
Maka, selama tahun 2017 lalu, Ditjen Pajak mengemas dengan apik 10.855 kontennya yang dikelola dari akun Twitter, Facebook, Youtube, dan Instagram. Sejumlah capaian selama setahun telah diraihnya antara lain: peningkatan hampir 30ribu pengikut akun Twitter, peningkatan 30ribu penyuka akun Facebook, lebih dari 5ribu pelanggan akun Youtube, dan peningkatan 49ribu pengikut akun Instagram.
Khusus untuk media sosial Youtube, pada 5 Februari 2018 lalu Ditjen Pajak telah merilis video bertajuk #Infokita yang menyuguhkan kilas balik kegiatannya selama bulan Januari 2018. Ke depannya, tayangan-tayangan dengan tagar ini akan secara rutin mengisi kanal resmi Ditjen Pajak.
Sejalan dengan itu, Ditjen Pajak juga meningkatkan kualitas konten situs resminya. Hal ini sebagai upaya mempertahankan prestasi yang diraihnya sebagai situs terbaik pemerintah berbahasa Indonesia dan peringkat ke-84 situs di Indonesia, naik 32 peringkat dari tahun lalu. Sebanyak 3.702 konten terdiri dari 1.347 foto, 1.001 berita, dan ratusan konten jenis lainnya merupakan capaian yang tentu tak bisa dipandang sebelah mata. Kebutuhan artikel perpajakan yang menarik, opini yang tajam, berita yang aktual dan mempunyai validasi tinggi adalah sebuah keniscayaan.
Fokus pada dua hal tersebut, Ditjen Pajak menyelenggarakan Lokakarya Kontributor Konten Situs Pajak dan Media Sosial yang diikuti 78 peserta. Mereka adalah utusan yang direkomendasikan oleh Kepala Seksi Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat di setiap Kantor Wilayah DJP dan berkiprah sebagai administrator situs resmi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama dan Mikro di Indonesia. Selain itu juga diikuti oleh beberapa Taxmin, agen kehumasan DJP yang sigap menyebarluaskan informasi melalui akun-akun resmi media sosial KPP. Lokakarya kehumasan pertama yang dihelat tahun ini dilaksanakan selama 7-9 Februari 2018 di Surakarta.
Selama tiga hari, peserta digembleng oleh para ahli yang kompeten di bidangnya dan membawakan materi menarik seputar dasar-dasar membuat konten jurnalistik, cara meramu artikel dan konten kreatif, pengelolaan situs dan akun media sosial kantor, serta fotografi jurnalistik.
Salah satu pembicara yang menyedot perhatian audiens adalah Agus Mulyadi, seorang penulis blog dan redaktur situs Mojok.co yang mempunyai kisah-kisah seru seputar proses kreasi konten situs. Pria yang dikenal dengan jenama Gusmul ini juga menceritakan tentang awal mula kepopulerannya yang unik dan menginspirasi dengan jenaka. Ia memaparkan tentang satu rubrik khusus di situsnya yang membahas tentang penghasilan para publik figur, terutama artis yang rupanya mengundang animo pembaca.
Di akhir kegiatan, para peserta ditantang untuk menyelesaikan tugas menulis konten jurnalistik serta berburu foto di seputar lokasi acara untuk mempraktikkan ilmu yang telah diserapnya. Hasilnya cukup menggembirakan. Dari hasil evaluasi, rata-rata nilai artikel dan kualitas hasil karya jepretan peserta berkualitas cukup tinggi. Ini membuktikan Ditjen Pajak tidak salah pilih dalam membidik agen-agen yang potensial dan menanamkan bibit yang tepat sebagai investasi kehumasan.
Pada lokakarya itu pula Ditjen Pajak memberikan apresiasi kepada tiga besar kontributor teraktif kategori flashfoto, kategori artikel, dan Taxmin terkreatif se-Indonesia. Tujuannya tentu saja agar penghargaan ini akan menginspirasi lainnya dan memacu kreativitas para kontributor dan Taxmin se-Indonesia.
Upaya-upaya ini menunjukkan perhatian Ditjen Pajak kepada pejuang kehumasannya agar semangatnya tetap menyala. Ya, motivasi selaiknya api, bahan bakarnya memang harus selalu diisi.(*)
- 104 views