Segar di Saat Lemahnya Rupiah dan Turunnya Cadangan Devisa

Oleh: Rifky Bagas Nugrahanto, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Kondisi penguatan nilai mata uang dolar Amerika masih memberikan dampak yang luas bukan hanya kepada negara Indonesia. Negara lain pun terpengaruh atas kebijakan pemerintah Amerika Serikat ini, dengan menimbulkan nilai depresiasi tertentu. Menguatnya nilai tukar dolar Amerika akan secara langsung mempengaruhi nilai cadangan devisa di sebuah negara. Bagi perusahaan yang menggantungkan industrinya dengan impor, hal ini akan memberi pukulan berat terhadap sektor usaha tersebut.
Tulus T.H. Tambunan (2018:55) menegaskan dalam sisi impor, akibat kurs mata uang nasional melemah, misalnya dalam rupiah, dari Rp2000 per satu dolar AS menjadi Rp10,000 per satu dolar AS maka harga-harga dalam rupiah di pasar dalam negeri dari produk-produk impor akan naik, yang bahkan bisa mengakibatkan meningkatnya laju inflasi di Indonesia. Misalnya, suatu produk impor harganya 10 dolar AS. Dengan kurs rupiah, misalnya, Rp2000 per satu dolar AS maka harga dari produk tersebut di Indonesia adalah Rp20,000. Jika nilai rupiah melemah menjadi Rp10,000 per satu dolar AS maka harga produk tersebut dalam rupiah menjadi Rp100,000, walaupun harga aslinya dalam dolar AS tetap tidak berubah. Jika sebuah perusahaan di Indonesia setiap bulannya mengimpor produk tersebut sebagai bahan baku utamanya sebanyak 500 unit, bisa dibayangkan betapa besarnya ekstra pengeluaran dari perusahaan tersebut yang berarti penurunan keuntungan atau selisih antara hasil penjualan atau omset dan biaya produksi (termasuk biaya impor produk tersebut).
Pelemahan Rupiah Mengganggu Cadangan Devisa Pemerintah
Cadangan devisa merupakan aset yang dimiliki oleh bank sentral dan otoritas moneter dan biasanya dalam mata uang cadangan yang berbeda serta digunakan untuk mendukung kewajibannya, misalnya, mata uang lokal yang dikeluarkan. Cadangan devisa tersebut digunakan sebagai pendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Fungsi-fungsi devisa untuk perekonomian negara, antara lain, sebagai alat pembayaran hutang luar negeri. Dalam APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara), porsi pembiayaan menjadi salah satu unsur dalam instrumen keuangan tersebut. Sehingga pembiayaan yang berasal dari luar negeri penyelesaian hutangnya harus menggunakan mata uang tersebut. Jika ketersediaan mata uang terpenuhi maka proses transaksi pembayaran hutang tidak terhambat. Selain itu, dalam penggunaannya, mata uang asing ini juga diperuntukkan untuk transaksi-transaksi berjenis impor, atau barang dan jasa yang berasal dari luar negeri. Oleh karena itu, untuk kegiatan perdagangan yang berhubungan dengan negara lain dan kegiatan kenegaraan di luar negeri, keberadaan devisa juga sangat penting sebagai unsur pembiayaannya. Devisa berfungsi sebagai penggerak roda ekonomi, terutama ekonomi internasional suatu negara. Devisa pun sebagai alat ukur perkembangan ekonomi yang dapat mempresentasikan indikator pertumbuhanan ekonomi di suatu negara itu baik atau tidak. Sehingga jika kondisi cadangan devisa dari negara semakin menipis, dapat diartikan indikator pertumbuhan ekonomi yang kurang baik.
Mengumpulkan Devisa Dari Penjualan Ekspor Barang dan Jasa
Untuk mendapatkan kecukupan devisa ini dapat diperoleh dari pinjaman maupun hibah dari luar negeri. Namun jika menggantungkan dengan cara melakukan penambahan hutang merupakan hal yang tidak mungkin. Salah satu yang bisa dikejar ialah dengan menumbuhkan penjualan ekspor barang dan jasa.
Kebijakan yang selama ini dibuat oleh pemerintah serta merta memberikan kemudahan dan fasilitas kepada para pengusaha ekspor. Pengenaan fasilitas yang terbukukkan dalam paket kebijakan ekonomi maupun pembebasan bea masuk atas barang impor yang dipergunakan untuk tujuan ekspor bagi UKM (Usaha Kecil Menengah) menjadi faktor pendorong nilai ekspor.
Fenomena Kenaikan Ekspor Sektor Tertentu
Dalam momentum penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat ini, ternyata ada beberapa sektor yang mengalami kenaikan keuntungan dari peristiwa ini. Di lain pihak sektor lain harus menghemat penggunaan anggaran akibat selisih kurs yang tinggi, sektor barang mebel ekspor merasakan kejayaannya di momen ini. Beberapa berita menyiarkan adanya potensi kenaikan omset dan keuntungan yang membuka ruang bagi pengusaha mebel menambah SDM untuk memenuhi permintaan yang naik dari negara-negara konsumsinya (Eropa).
Ada dua hal yang diuntungkan bagi sektor mebel ini, yang pertama adalah adanya devisa masuk (mata uang asing) yang akan memberikan selisih kurs yang lebih tinggi jika ditukar dengan mata uang rupiah. Keuntungan lebih ini pastinya akan memberikan ruang untuk dapat membuat gap yang jauh dengan biaya, sehingga harga yang ditawarkan ke pembeli bisa lebih rendah, dan dampaknya dapat meningkatkan daya saing ekspor mebel Indonesia. Di lain pihak, PPN (Pajak Pertambahan Nilai) ataupun PPh 22 atas impor, contohnya bahan baku kayu impor yang dapat direstitusikan nilai pajaknya dikarenakan bahan baku tersebut dipergunakan seluruhnya untuk kegiatan ekspor.
Selain sektor mebel, terdapat sektor ekspor ikan hias asli Indonesia maupun yang diternakan di Indonesia untuk memenuhi pangsa pasar luar negeri. Meningkatnya minat pembeli luar negeri memberi ruang keuntungan yang lebih kepada pengusaha ekspor ikan dan sejenisnya. Seperti halnya, sektor ekspor mebel yang mendapatkan devisa masuk (mata uang asing). Pengusaha ekspor ikan dan sejenisnya ini mempunyai kesempatan mendapatkan selisih kurs yang lebih tinggi jika ditukar dengan mata uang rupiah.
Contoh dari dua sektor yang tidak terduga ini, merupakan fenomena ekonomi yang akan semakin terdorong dengan diimplementasikan kebijakan-kebijakan fiskal yang memberikan ruang lebih bahkan dipermudah akses pemasarannya oleh pemerintah. Tidak selamanya pelemahan rupiah dan turunnya cadangan devisa menyebabkan perekonomian khususnya Indonesia secara langsung terpuruk. Karena dari momentum tersebut ada peluang dan kesempatan untuk lebih menggairahkan industri dalam negeri yang bertujuan untuk ekspor maupun sebagai subtitusi kebutuhan dalam negeri. Solusi dari pemerintah merupakan stimulusnya dan partisipasi masyarakat sebagai pengguna akhir setiap akhir kebijakan adalah aksi nyata untuk menghadapi segala gangguan yang menerpa perekonomian di Indonesia.(*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja.
- 1367 kali dilihat