Oleh: Suyani, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Sebuah ungkapan mengatakan jodoh bisa jadi datang dari orang terdekat di lingkaran pergaulan kita. Walaupun keberadaannya kadang tak kita sadari. Begitupun dengan teladan, nyata tersaji di depan mata tanpa harus jauh-jauh mencari. Ibu Sunarti bisa jadi salah satu contohnya. Sosoknya bukanlah pegawai teladan jebolan pemilihan Program Penghargaan Kinerja Pegawai  Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Pun penampilannya yang bersahaja, jauh dari kesan mewah bak selebrita. Keseharian Bu Narti, begitu biasa ia disapa, adalah staf biasa yang bertugas di bagian pengarsipan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kebumen. Lantas, ada hal menarik apa dari sosok Sunarti?

Mencintai Pekerjaan

Sunarti lahir di desa Karangsari, desa kecil di pinggiranan kota Kebumen, tanggal 6 Juli 1960. Masa-masa SD, SMP dan SMA juga dihabiskannya di kampung halamannya. Mulai bergabung dengan DJP sejak tahun 1981, berarti telah 37 tahun bu Narti mengabdi. Lebih dari tiga dasawarsa menjalani masa kerja, hampir di sepanjang karirnya Bu Narti berkutat dengan berkas. Tugas sehari-hari Bu Narti adalah mengadministrasikan semua berkas wajib pajak. Mulai dari berkas pendaftaran sampai dengan semua produk hukum yang terbit terkait wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Kebumen. Tak main-main, ada ribuan berkas menjadi tanggung jawabnya. Baik berkas baru maupun berkas lama yang penuh debu, semua ditangani oleh tangan dinginnya.

Begitu memasuki ruang kerjanya, aroma debu dipastikan akan menyeruak memenuhi rongga dada. Tak heran bagi orang yang tidak tahan debu, reaksi bersin karena alergi dipastikan menyerang. Belum lagi ancaman kesehatan organ pernafasan. Keberadaan mesin penyejuk udara berkapasitas tiga perempat PK seolah hanya menjadi sebuah pajangan, di tengah hamparan berkas di ruang seluas tiga ratus meter persegi.

Tapi, pernahkah Bu Narti mengeluh dengan keadaan? Rasa-rasanya, tak sekali pun terdengar keluhan terlontar dari lisannya. Untuk mengatasi hawa gerah yang mendera, kipas angin kecil selalu menemani kesehariannya. Tak jarang pula ketika saya bertandang untuk sebuah keperluan, gending klenengan khas Banyumasan mengalun dari radio transistornya. "Buat hiburan, neng," begitu tuturnya. Tak berlebihan memang, setiap hari selama bertahun-tahun berhadapan dengan tumpukan berkas, sangat manusiawi jika ada kalanya rasa jenuh melanda. Ada seribu jalan jika ada kemauan. Bu Narti tak menyerah dengan kejenuhan. Mendengarkan musik kesukaan bisa menjadi pilihan.

Boleh jadi buku-buku motivasi tak pernah disentuhnya. Bahkan mungkin ia tak mengenal dan membaca kisah Steve Jobs dengan kata bijaknya, "The only way to do great work is to love what you do." Tanpa banyak teori Bu Narti telah memberikan bukti. Berangkat dari kejernihan hati, bekerja dijalaninya dengan sepenuh hati. 

Profesional

Nilai-nilai Kementerian Keuangan kedua setelah integritas adalah profesionalisme. Yaitu bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. Salah satu ciri profesionalisme adalah keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang dapat dijadikan sebagai rujukan yang baik. Dianugerahi badan ukuran ekstra besar bukan penghalang baginya untuk memberikan yang terbaik dari layanannya. Jangan bayangkan gudang arsip di ruang kerja Bu Narti adalah rak-rak mobile yang pengoperasiannya serba otomatis. Sekali klik urusan beres. Rak-rak tempat penyimpanan berkas di KPP kecil semacam KPP Pratama Kebumen masihlah manual. Rak-rak bersusun tiga ke atas, yang untuk meletakkan dan mengambil berkas pun masih mengandalkan kursi. Dengan bobot lebih dari seratus kilogram, bukan urusan mudah bagi Bu Narti untuk menjangkau berkas-berkas di rak tersebut.

Tapi, jangan ragukan kelihaian beliau jika menyangkut urusan berkas. Urutan penyimpanan berkas hapal diluar kepalanya. Jika membutuhkan berkas untuk suatu keperluan, sebut saja NPWP kepadanya. Dengan sigap Bu Narti pasti paham letak dan cekatan segera menyiapkan berkasnya. Tak jarang pula jika ada keperluan mendesak, kami meminjam berkas di jam-jam tak bersahabat. Saat jam istirahat atau saat jam bersiap pulang misalnya. Dengan senang hati dan tanpa pernah memasang muka masam, Bu Narti pasti akan selalu berkata, “Sini neng/mas/pak/bu, Ibu siapkan dulu ya berkasnya." Menurutnya, "Jika kita ada kemauan, pasti akan selalu ada jalan." Begitulah prinsipnya dalam menjalani tantangan dalam setiap pekerjaan.

Antusias, Ramah, dan Dermawan

Biar sepuh tapi semangatnya tetap ampuh, adalah ungkapan tepat untuk Bu Narti. Tak hanya menyangkut urusan berkas, dalam setiap kegiatan kantor pun selalu antusias. Setiap agenda kegiatan kantor dijalaninya dengan senang hati. Mulai dari acara DJP Bugar dengan senam pagi, jalan sehat, kegiatan ICV atau outbond sampai dengan donor darah, tak pernah absen dihadirinya. Bahkan saat acara jalan sehat bersama, Bu Narti finish di barisan pertama, meninggalkan barisan anak-anak muda yang berumur jauh dibawahnya.
“Umi/Pak/Bu/Neng/Mas," adalah sapaan khas Bu Narti pada setiap orang yang ditemuinya. Tak lupa senyum manis tersungging selalu menyertainya. Keramahannya tak memandang bulu, baik kepada bapak/ibu pejabat, rekan sejawat, anggota satpam, petugas kebersihan maupun kepada adik-adik PKL dari sekolah menengah kejuruan. Dengan keramahannya, tak heran semua orang tak segan akan membantunya jika Bu Narti mengalami kesulitan.

Statusnya sebagai orang tua tunggal sepeninggal almarhum suaminya, tak lantas membuat Bu Narti pelit untuk berderma. Tercatat Bu Narti mempunyai beberapa anak asuh yang berasal dari lingkungan tetangga terdekat. Tak jarang pula, petugas kebersihan dan satpam di kantor dibuat kebingungan. "Sudah dibayar mas, sama Bu Narti," begitu kata penjaga kantin. Usut punya usut, diam-diam Bu Narti sudah mentraktirnya. Bukan karena bergelimang harta, transportasi pulang pergi kantor saja masih mengandalkan ojek langganan. Tapi, semata karena semangat berbaginya untuk sesama. 

Pandai Menyenangkan Diri Sendiri dan Teman

Berbeda dengan perempuan kebanyakan yang seringkali khawatir dengan berat badan, tidak demikian halnya dengan Bu Narti. Soal menikmati makanan, tak sedikit pun kekhawatiran akan kalori terlintas di benaknya. Baginya, sepanjang kita menikmati, santap saja! Bukan berarti Bu Narti abai masalah kesehatan. Terbukti dari hasil medical check up rutin yang dilakukannya, semua hasil laboratoriumnya menggembirakan. Bisa jadi kesehatannya yang prima disebabkan oleh sikap positif yang dimiliki Bu Narti. Tak pernah sekalipun Bu Narti terdengar iri dengki terhadap orang lain. Membicarakan kejelekan orang lain adalah pantangan yang selalu dihindarinya. Jika sudah ada pihak yang mengajaknya bergosip ria, serta merta dengan tegas ia akan berkata, “Saya tidak mau mendengarnya. Mohon maaf, tidak usah membahas itu ya."

Di hari terakhirnya bekerja, Selasa, 31 Juli 2018, Bu Narti pun pandai menyenangkan teman. Undangan untuk makan bersama dilayangkan, lengkap dengan hiburan jathilan khas Banyumasan. Tak banyak kata ia sampaikan. Bahkan menanggapi kata pujian, Bu Narti justru berkata, “Ah, pujian itu terlalu berlebihan buat saya. Hanya itu yang bisa saya lakukan. Saya justru mohon maaf karena tak bisa berbuat banyak untuk institusi ini (DJP)."

Peran dan pekerjaannya bisa jadi hanya merupakan hal kecil bagi institusi ini, tapi bukan berarti keberadaannya tiada. Semangatnya tetap menyala sampai akhir purna tugasnya. Bu Narti memang kawan yang penuh teladan. Tak ada salahnya kita selalu mencari dan meneladani sosok-sosok seperti Bu Narti. Seperti apa yang dilontarkan Amy Pohler, seorang aktris, produser dan juga penulis, “Find a group of people who challenge and inspire you, spend a lot of time with them and it will change your life."(*)

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi di mana penulis bekerja.